Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."(QS. Al-Baqarah,2:32).................Terima kasih telah mengunjungi blog sederhana ini...semoga memberi manfaat

Monday, January 17, 2011

Juwairiyah binti Al Harits ( Istri Rasulullah )


Juwairiyah adalah seorang wanita yang fathanah (cerdas). Ia cepat memahami kondisi kaumnya dan keadaan dirinya, setelah kaumnya, Bani Al Musthaliq yang menentang kepemimpinan Rasulullah Muhammad saw. berhasil dikalahkan oleh Pasukan Islam dalam Perang Muraisi’. Juwairiyah yang merupakan anak dari Al Harits bin Abu Dhirar adalah puteri seorang pemimpin Bani Al Musthaliq. Ia yang dilahirkan dari keluarga terhormat tahu betul bagaimana caranya untuk membebaskan dirinya, sekaligus membebaskan kaumnya dari perbudakan.

Dengan kecerdasan yang ia miliki, Juwairiyah langsung menemui pemimpin Kaum Muslim, Rasulullah saw., dan menyampaikan maksud kedatangannya. Rasulullah saw. pun bersedia untuk mengabulkan permintaan Juwairiyah untuk membebaskan dirinya dari Tsabit bin Qais. Bahkan, Rasulullah saw. bersedia untuk mengembalikan kehormatan Juwairiyah dengan menikahinya. Melalui pernikahan inilah, seluruh tawanan Bani Al Musthaliq dibebaskan, dan mereka pun masuk Islam. Bahkan, Al Harits bin Abu Dhirar, ayah Juwairiyah yang datang menemui Rasulullah saw. untuk menebus putrinya pun masuk Islam, setelah menyaksikan bukti bahwa Muhammad adalah Rasul Allah.

  Juwairiyah adalah sosok wanita yang mampu menjaga izzah (kemuliaan)nya sebagai seorang wanita terhormat. Ia adalah seorang wanita terpandang di kaumnya yang memiliki kecerdasan akal dan kecantikan fisik. Oleh karenanya, Juwairiyah merasa tidak pantas menjadi seorang tawanan, apalagi sampai direndahkan menjadi seorang budak. Ia pun meyakinkan diri tidak pantas dimiliki oleh Tsabit bin Qais yang hanya prajurit biasa. Kalaupun ada manusia yang diberi kesempatan untuk memiliki dirinya, manusia itu bukanlah Tsabit bin Qais, tetapi siapa yang menjadi pemimpin Tsabit dan pemimpin kaumnya (Kaum Muslim), yaitu Rasulullah saw.

Kemuliaan sebagai wanita terhormat yang diperlihatkan Juwairiyah saat itu membuat Rasul tidak hanya bersedia membebaskannya, tetapi menawarkan dirinya untuk menikahi Juwairiyah, dan mengembalikan ke-hormatannya di tengah Bani Al Musthaliq, sekaligus menguatkan kemuliaannya di hati Kaum Muslim sebagai ummul mukminin (ibunya orang-orang beriman).

  Juwairiyah juga seorang wanita yang rajin beribadah dan suka belajar. Keimanan Juwairiyah kepada Allah dan Rasul-Nya pun tidak diragukan lagi. Terbukti, ia lebih memilih tinggal bersama Rasulullah saw. dibanding menerima ajakan ayahnya kembali kepada kaumnya. Setelah Juwairiyah memeluk Islam dan menjadi isteri Rasulullah saw., ia mencurahkan sebagian besar waktunya untuk beribadah kepada Allah Swt., berpuasa dan mengerjakan kebajikan. Bahkan, Rasulullah saw. pun memberi nama kepadanya “Juwairiyah” karena begitu banyak amal kebajikannya bagi keislaman kaumnya, yaitu Bani Al Musthaliq. Juwairiyah pun tidak malu untuk mengakui ketidak tahuannya tentang ajaran Islam, dan berusaha untuk terus belajar memahami Islam, langsung dari “guru utamanya” yaitu suaminya sendiri, Rasulullah saw.

Dalam salah satu riwayat, Aisyah binti Abu Bakar r.a. pernah berkata tentang keutamaan dan keistimewaan isteri kedelapan Rasulullah saw. ini, “Saya tidak tahu wanita mana yang paling memberikan berkah untuk kaumnya selain dari Juwairiyah binti Al Harits.”

(diambil dari : http://aswi.multiply.com)

No comments:

Post a Comment